Sunday 17 March 2013

Tri Tertib Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Redaksi     21:32    



Filosofi Kader IMM
        Kader dapat dipahami sebagai individu penggerak utama organisasi yang terlatih karena melewati proses “belajar dan aktualisasi” di  organisasi. Mereka tidak hanya menyetujui visi dan misi organisasi atau dalam terma Muhammadiyah Khittah Perjuangan Muhammadiyah, namun mereka menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan pribadi, maupun dalam kehidupan organisasi. Dalam kehidupan pribadi, upaya yang dilakukan oleh kader adalah mengidentifikasi dirinya sedekat-dekatnya dengan nilai-nilai yang diintorodusir dan dibangun organisasi. Dalam kehidupan organisasi, mereka menerapkan secara konsisten diktum-diktum organisatoris, kaidah-kaidah dan aturan organisasi, serta senantiasa menjadikan tujuan organisasi sebagai arah perjuangan dan mengenyampingkan tujuan yang bersifat pribadi.
        Hal itulah kemudian yang membedakan antara kader dengan anggota biasa. Anggota biasa dapatlah dipahami secara sederhana bahwa mereka setuju dengan visi dan misi organisasi, mereka akan melakukan  sesuatu bila ada yang menggerakkan, mereka akan tetap dalam organisasi selama organisasi mampu merepresentasikan keinginan dan kebutuhannya, mereka akan bangga dengan prestasi organisasi dan malu bila organisasinya tidak punya prestasi, dan mereka selalu enggan berada dalam barisan terdepan, apalagi berkorban. Sesuatu yang berbeda secara diametral dengan kader.
        Untuk menjadi seorang kader membutuhkan kemauan dan perjuangan. Kader lahir tidak serta merta seperti membalikkan tapak tangan. Kader lahir  dari suatu proses individuasi diri, penghayatan dan kristalisasi nilai-nilai organisasi dengan problem sosialnya serta interaksi yang terus-menerus antar sesamanya. Maka seorang kader tidak pernah “hidup dalam kesendiriannya”, ia selalu hidup berdinamika dalam “kesunyatan intelektual dan paradoks-paradoks”. Kader senantiasa mengambil dan menjemput peran strategis dalam memperjuangkan tujuan organisasi. Ia tidak mudah patah dan berputus asa, ia tidak suka hanya berbicara tapi membuktikan dalam karya nyata. Fungsi dan keberadaannya memberikan manfaat secara internal dan maupun eksternal. Kader senantiasa berorientasi pada upaya-upaya penyelesaian masalah, dan melihat masalah sebagai proses yang mendewasakan organisasi serta menjadikan sekecil apapun celah sebagai pintu masuk bagi dinamisasi dan produktifitas organisasi. Kader memiliki kesetian kolektif antar sesamanya atas dasar nilai-nilai yang terbangun di organisasi serta   berkomitmen pada kebenaran dan asas-asas perjuangan organisasi. Kader mampu menerima perbedaan dengan wajah bersahabat yang tulus, obyektif, tidak menyimpan kebencian apalagi pikiran hasut ataupun culas.


Tri Tertib Kader IMM
        Berdasarkan deskripsi profil kader di atas, meminjam istilah Ali Syari’ati, Kader adalah “pribadi yang tercerahkan” atau “raushan fikr”, suatu pribadi yang unggul secara spiritual, intelektual dan sosial karena terlatih dan keinginan kuatnya mengembangkan dirinya. Lalu, apakah mungkin anggota dan pimpinan IMM  menjadi kader seperti tergambarkan di atas ?. Kenapa tidak…?!.
        Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa prinsip berorganisasi yang hendaknya dapat diterapkan baik secara individual maupun secara kolektif. Prinsip-prinsip ini apa yang kemudian dikenal dengan Tri Tertib Kader Muhammadiyah.
        Pertama, Tertib Ibadah. Bagi kader Muhammadiyah prinsip tertib ibadah merupakan gerak dan kesadaral spiritual (spiritual concieussnsness) bahwa manusia adalah ibad atau hamba dan Allah adalah Ma’bud, Yang disembah. Kesadaran ini pada hakikat adalah kesadaran eksistensial, dimana salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Allah berfirman “Wama khalaqtu jinna wal ins illa liya’budu”, artinya “ tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahKu”
        Kesadaran substantif tertib ibadah sebagai kesadaran eksistensial adalah pemahaman hakikat sebenarnya, bahwa sebagai manusia, kader adalah ibadullah (hamba Allah) yang  tercermin dalam sikap hidup kesehariannya. Salah satu yang dikedepankan disini misalnya, mendirikan shalat lima waktu, menyenangi shalat berjama’ah dan sunat rawatibnya sekaligus.  Dalam hal ini, Kader dalam pemahaman prinsip tertib ibadah, tidak hanya mampu menunaikan shalat lima waktu secara pribadi, lebih dari itu ia menjadi kader pengerak aktifitas masjid, seperti menggerakkan massa dan anggota shalat berjama’ah; ia terlatih menjadi imam shalat, terlatih berceramah dan menjadi khatib, dan memakmurkan masjid dengan pengajian dan diskusi keislaman.
        Kedua, Tertib Belajar. Pengetahuan itu seumpama suluh. Ibarat seseorang ingin menuju suatu tempat, maka ia harus memastikan alamat yang akan dituju dengan jelas agar ia sampai ke tempat tujuan. Ketika Allah ingin menampakan kepada manusia jalan kebenaran yang menyelamatkan hidup  manusia dunia dan akhirat, Allah secara langsung memberi pelajaran melalui wahyunya yang pertama, yaitu iqra, bacalah. Iqra adalah metafor untuk mengungkapkan makna ilmu pengetahuan yang  demikian penting dalam hidup manusia. Ilmu pengetahuan memberikan gambaran kepada kita sesuatu itu menjadi jelas dan logis dipahami manusia. Dengan pengetahuan menuntun persepsi seseorang semakin jernih, dan secara memuaskan mampu menjawab berbagai pertanyaan.
        Allah memberikan kepada manusia dua piranti untuk mencapai ilmu, yaitu hati dan akal. Manusia mengasah kemampuan hati dan akalnya dengan ilmu. Ketika manusia melakukan proses iqra dengan piranti hati (qalbu) terhadap wahyu Allah (ayat-ayat qauliyah), maka ia akan mendapatkan kebenaran yang menumbuhkan keyakinan (haqq al-yaqin). Demikian juga manakala manusia melakukan ekplorasi akal pikiran terhadap fenomena alam semesta (ayat-ayat kauniyah), maka ia akan meraih kebenaran, yaitu ‘ainu al-yaqin. Perpaduan haq al-yaqin dan ainu al-yaqin akan memberikan landasan jalan yang terang menuju ultimate concern, yaitu Allah.
        Dalam konteks ini identifikasi kekaderan IMM, Prinsip tertib belajar dapat diterjemahkan dalam dua hal, yaitu; pertama, Prinsip tertib belajar mengarah pada kesadaran dan tanggungjawab individual setiap kader untuk mengembangkan kompetensi ilmunya  yang diwujukan dalam bentuk, kemauan belajar dan ketangkasan wacana. Maksudnya kader IMM hendaknya memiliki reading habit  (kebiasaan membaca) yang baik, melahap informasi dan berbagai literatur. Kader IMM sejatinya mampu menyampaikan pendapat, mensistematisir masalah dan melakukan analisa masalah dengan  metodologi berpikir ilmiah. Prinsip tertib belajar pada akhirnya mendorong kader IMM memiliki tanggungjawab ilmiah dan akademis; mempersiapkan diri menjadi intelektual muda Muhammadiyah,  mempertahankan originalitas dan kejernihan fikrah sebagai mahkluk akademis, menghindari sikap seorang plagiator dan kerancuan berpikir akibat dorongan berbagai interes, menyelesaikan studinya dengan baik, bersikap kritis dan respon terhadap problem umat dan kemasyarakatan.  Kedua, Prinsip belajar diarahkan bagaiaman organisasi IMM mampu dijadikan institusi belajar bagi anggota dan pimpinan. Hal ini berarti IMM hendaknya mampu menterjemahkan diktum organisasinya  agar melahirkan kebijakan dan program kegiatan yang memberikan ruang bagi pembelajaran serta mampu mengoptimalkan keunggulan sumber daya kader (SDK)nya menjadi hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) bagi intellectual enligtment (pencerahan intelektual) dan intellectual enrichment ( pengkayaan intelentual) bagi kader-kader IMM yang lain. Maka motto yang dikembangkan dalam IMM “kecerdasan individual adalah prestasi kolektif” dan “keunggulan kompetetif kolektif adalah kegemilangan organisasi”
        Ketiga, Tertib Organisasi. Prinsip Tertib Organisasi adalah menjadikan ketentuan dan peraturan-peraturan organisasi menjadi mind set, cara pandang dalam menjalankan roda organisasi. Maka sebagai kader IMM hal yang penting dipahami bahwa menjalankan organisasi IMM tidak didasarkan atas kemauan dan pilihan-pilihan yang disenangi oleh pimpinan, karena semua ada prosudur dan pedoman organisasi (AD & ART). Setiap kader IMM hendaknya tunduk dan patuh terhadap ketetuan organisasi sebagai cermin kehormatan pribadinya sebagai kader. Segala hal yang bertentangan dengan ketentuan organisasi IMM hendaknya harus diluruskan secara bijak dan bermartabat.
        Bagaimana IMM dapat menerapkan tri tertib kader ? Pertanyaan ini dapat terjawab  dan tampak dalam program dan kegiatan IMM sejak dari level komisariat.  Persoalannya adalah terletak bagaimana IMM membangun kultur tri tertib kader secara konsisten. IMM perlu menjaga ranah originalitas organisasinya tampa perlu silau dengan gaya dan style organisasi lain. IMM memiliki gaya yang khas dan patut dibaggakan, yaitu sebagai kader pelopor, pelansung dan penyempurna gerak dakwah Muhammadiyah. IMM adalah...si PENCERAH ITU.

https://www.facebook.com/nyakarief.fadhillahsyah

0 komentar :

Kementar Facebook

© 2011- | Haba IMM Banda Aceh.
Designed by