<

Saturday 14 November 2015

IMM: Penceramah Seharusnya Mengutamakan Ilmu, Bukan Guyon

Redaksi     23:28    
Ustad Maulana 
Jakarta - PENDAKWAH seharusnya memilah kosa kata, mana yang pantas disampaikan dan mana yang tidak. Terlebih jika dirinya sebagai public figur.

Pendakwah yang hanya menghibur dan mengajak jamaahnya tertawa, lebih layak dengan tittle pelawak.

Demikian dikatakan Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Beny Pramula kepada Islampos, Jum’at (13/11/2015) di Jakarta.

Beni mengatakan, sebagai selingan agar tidak monoton, guyon boleh-boleh saja, tapi jangan buat umat salah memahami Islam.

“Seorang ulama seharusnya memberi pencerahan kepada umat dengan keilmuannnya. Bukan seperti selebritis, sekedar entertain atau hiburan, yang lebih banyak guyonnya daripada muatan dakwahnya,” kata Beny.

Belum lama ini pernyataan kontroversial diucapkan oleh Ustadz Muhammad Nur Maulana saat berceramah di acara “Islam itu Indah” di Trans TV.

Ustad kelahiran Makassar, 20 September 1974 ini menyatakan, bahwa ketika menjelaskan tentang kepemimpinan tidak diharuskan berbicara tentang agama.

Sebelumnya Nur Maulana juga pernah mendapatkan kritikan lantaran menaiki mimbar saat memberikan ceramah. Hal itu membuat beberapa netizen mengungkapkan kritikannya pada Ustad Maulana.

Sontak pernyataan Nur Maulana dikecam para netizen di media sosialfacebook. Termasuk dari Ketua Umum IMM, Beny Pramula.

Ia mengajak Ustadz Maulana agar belajar lagi tentang kepemimpinan dalam Islam.

“Penceramah ini juga harus menyatakan permintaan maafnya melalui televisi dimana ia tampil. Jika tidak mau minta maaf, IMM bersama aktivis Islam lainnya akan menyampaikan mosi tidak percaya pada Ustadz Maulana dan stasiun TV tersebut.”

Dikatakan Beny, memilih pemimpin muslim itu wajib. Karena itu, umat Islam hendaknya tidak memilih pemimpin yang non muslim. Tentu pemimpin yang dipilih, bukan semata muslim, tapi juga yang amanah, adil, dan mengedepankan kepentingan umat.


Anak SMA di Yogyakarta Ini Nekat Saingi Go-Jek

Redaksi     20:36    
Rio Stefan, pelajar kelas 3 SMA Muhammadiyah 1 Prambanan
Yogyakarta - Moda transportasi berbasis aplikasi memang tengah menjamur di kota-kota besar. Sebab, transportasi model ini memang banyak diminati masyarakat. Hal ini mendorong seorang remaja asal Yogyakarta membuat aplikasi yang sama.

Rio Stefan, pelajar kelas 3 SMA Muhammadiyah 1 Prambanan, berani membuat BangJek sebagai pesaing Go-Jek. Padahal, saat ini layanan yang didirikan oleh Nadiem Makarim itu sudah merambah ke Yogyakarta.

"Saya juga sudah baca itu Go-Jek ada di Yogya. Tidak masalah. Siapa pun itu yang hadir di Yogya dari pihak Go-Jek dan ojek online lainnya itu sebuah tantangan sendiri bagi saya," kata Rio di Yogyakarta, Jumat (13/11/2015).

Rio mengaku tak heran jika Go-Jek begitu sangat terkenal. Sebab, layanan transportasi itu telah diperkenalkan oleh Presiden Joko Widodo hingga ke luar negeri dan merupakan pemain lama di bisnis ini, sementara BangJek adalah pemain baru. Dia berharap warga Yogyakarta menghargai karya anak daerah dengan menggunakan layanan transportasi miliknya.

"Dia (Go-Jek) dapat dana ratusan ribu dolar untuk pengembanganya. Kami masih seumur jagung. Kendala ya dana itu sendiri. Ini adalah aplikasi dan ojek online hasil dari pelajar Yogya," kata Rio.

Go-Jek, ucap Rio, akan menjadi saingan terberat ojek online miliknya ini. Namun, pria kelahiran 5 November 1995 ini yakin ojek online miliknya akan diminati masyarakat Yogyakarta karena memiliki pelayanan yang berbeda. Salah satunya adalah layanan ojek khusus wanita.

Dia membedakan ojek wanita dan pria karena di Yogyakarta banyak muslimah dan tidak nyaman naik ojek yang bukan muhrimnya. Saat ini, ia pun memberikan tarif khusus bagi pengguna ojek wanita.

"Untuk sekarang kami masih menggunakan tarif normal. Sudah dihitung kami berikan konsep pria Rp 2.000 per km. Ojek wanita itu Rp 3.000 per km. Wanita memiliki kesulitan yang berbeda. Kalau pria mungkin lebih fleksibel kalau wanita sistem keamanannya lebih ketat," Rio menjelaskan.


 | Liputan6.com    

Wednesday 11 November 2015

Buntut Penolakan Pendirian Masjid Asy Syuhada, Warga Muslim Mengungsi

Redaksi     19:45    
Aparat Kodim menjaga keamanan dalam aksi massa menolak mushollah dan masjid
Sulut - Ratusan orang dari organisasi massa Kristen hari Senin (09/11/2015), menghentikan pembangunan mushollah di daerah Girian Permai Bitung, Sulawesi Utara (Sulut). Aksi massa ini buntut penolakan massa atas rencana pembangunan Masjid Asy-Syuhada di Kompleks Aer Ujang, kelurahan Girian Permai, kecamatan Girian, Kota Bitung, Sulawesi Utara.

“Massa meminta kita menghentikan pembangunan mushollah. Sebelumnya, massa juga meminta kami menutup rencana pendirian masjid, “ ujar Karmin Mayau, Ketua Panitia Pembangunan Masjid Asy-Syuhada kepada seperti dilansirkan hidayatullah.com, Rabu (11/11/2015) pagi.

Karmin mengatakan, kasus ini bermula ketika bulan Mei 2015, massa menolak pendirian Masjid Asy Syuhada Kompleks Aer Ujang, kelurahan Girian Permai, kecamatan Girian, Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Akibat larangan pendirian rumah ibadah ini, warga Muslim di wilayah tersebut yang jumlahnya sekitar 350 KK berinisiatif membuat mushollah sementara berbahan triplek 4 X 6. Namun massa yang mengatasnamakan dirinya Brigade Manguni, Devisi Bela Negara dan Waranai mendatangi paniyia dan menolak pendirian mushollah.

“Menurut mereka rumah ibadah apapun dilarang berdiri di lokasi tersebut, kecuali bentuknya renovasi,” ujar Karmin.

Dalam peristiwa ini sempat terjadi ketegangan yang menyebabkan beberapa warga Muslim mengungi di tempat lebih aman.
Penandatanganan dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompida)
Penandatanganan dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompida)
Karmin Mayau, bahkan mengaku pasca peristiwa ini ia banyak mendapat terror. Massa berusaha menghancurkam pagar, cendela, melempari rumahnya.

“Keluarga saya dan beberapa keluarga lain ada yang mengungsi, “ lanjut Karmin.

Menurut saksi lain, rencana pembangunan Masjid Asy-Syuhada sudah dari bulan Maret 2015. Warga Muslim sudah menyiapkan semua kelengkapan persyaratan; mulai Akta Ikrar Wakaf Tanah, Surat Rekomendasi dari Kementerian Agama (Kemenag), Persetujuan warga (60 warga Kristen dan 90 warga Islam). Tinggal izin dari pihak kelurahan dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKB).

Karmin Mayau berharap kasus ini bisa diselesaikan dengan baik tanpa aksi fisik. Dan umat Islam bisa beribadah dengan tenang.


Manfaat Membaca Al-Qur’an Setelah Subuh & Maghrib

Redaksi     00:18    
Ilustrasi
Menurut hasil penelitian, ternyata membaca Al-Qur’an setelah waktu sholat Maghrib dan Subuh itu dapat meningkatkan kecerdasan otak sampai 80 %. Hal ini karena disana ada pergantian dari siang ke malam dan dari malam ke siang hari.

Disamping itu, ada tiga aktivitas sekaligus, yakni membaca, melihat dan mendengar. Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang itu kuat ingatan atau hafalannya, diantaranya:
  1. Menyedikitkan makan
  2. Membiasakan melaksanakan ibadah shalat malam
  3. Dan membaca Al-Qur’an sambil melihat kepada mushaf

Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat manusia, dan juga memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca dengan Kitab Suci Al-Qur’an. Selain itu, membaca Al-Qur’an juga mendatangkan pahala dari Allah SWT.

Dokter ahli jiwa, Dr. Al Qadhi melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat (AS) berhasil membuktikan bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, maka seorang Muslim itu, baik mereka yang bisa berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan sebagai berikut:
  1. Fisiologis yang sangat besar
  2. Penurunan depresi, kesedihan
  3. Memperoleh ketenangan jiwa
  4. Menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yg dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya

Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik.

Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bahwa membaca Al-Qur’an berpengaruh besar hingga 97 % dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984 disebutkan, Al-Qur’an terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97 % bagi mereka yang mndengarkannya. Masya Allah…

Untuk itu, mari sekarang ini kita mulai meluangkan waktu kita beberapa menit dari 24 jam di hari kita, yang diberikan oleh Allah SWT untuk membaca, merenungi, mentadaburi dan memahami isi yang ada didalam Kitab Suci Al-Qur’an.


  | manjanik.com  

Tuesday 10 November 2015

Mengusap Wajah Setelah Berdoa; Antara Sunnah dan Bid'ah

Redaksi     12:11    
Oleh: 
Badrul Tamam
ilustrasi
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum mengusap wajah setelah berdoa. Ada tiga pendapat tentangnya. Pertama, sunnah berdasarkan hadits yang dihassankan sebagian ulama seperti Ibnul Hajar dan Imam Nawawi.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ لَمْ يَحُطَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ

“Apabila Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengangkat kedua tangannya saat berdoa, beliau tidak meluruskannya sehingga mengusapka kedua tangannya ke wajah beliau.” (HR. Al-Tirmidzi dari haidts Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu)

Kedua, perbuatan bid’ah, karena menilai hadits di atas adalah dhaif. Tidak bisa dijadikan sebagai landasan hukum sunnah. Sedangkan hadits-hadits lain yang menopangnya derajatnya juga sangat lemah.

Ketiga, tidak sunnah dan tidak pula bid’ah; ia termasuk perkara mubah. Jika ada yang mengerjakan maka tidak dikatakan bid’ah dan bila ditinggalkan maka tidak dicela.

Menurut Syaikh Utsaimin dalam Syarh al-Mumti’, bahwa itu tidak sunnah. Sebab, hadits-hadits yang menerangkannya itu lemah. Tidak mungkin menetapkannya sebagai sunnah berdasarkan hadits dhaif. Inilah pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau berasalan, hadits-hadits yang terdapat dalam Shahihain dan selainnya yang jumlahnya banyak menerangan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berdoa dan mengangat kedua tangannya; serta tidak mengusap wajah beliau dengan keduanya.

Maka yang paling utama, menurut Syaikh Ibnul Utsaimin, tidak mengusap wajah. Tetapi kami tidak mengingkari orang yang segaja mengusap wajah karena menganggap hadits-hadits yang menerangkannya itu Hasan. Karena persoalan ini termasuk perkara khilafiyah.

Dalam tulisan kami terdahulu dari perkataan Syaikh Ibnu Bazz, bahwa mengusap wajah selelah berdoa bukan perkara bid’ah. Tapi menurut beliau, yang lebih utama adalah meninggalkannya karena hadits-hadits menerangkannya itu lemah. 

Syaikh melanjutkan, tidak ada hadits shahih yang menerangkan tentang mengusap wajah setelah berdoa. Hadits-hadits yang ada dalam Shahihain, atau salah satunya tidak ada yang menerangkan tentang mengusap wajah (setelah doa). Di dalamnya hanya diterangkan doa. Karenanya siapa yang mengusap wajah, ia tak berdosa. Dan siapa yang meninggalkannya maka itu lebih utama. Sebab, hadits-hadits tentang mengusap wajah setelah berdoa –sebagaimana telah diterangkan- adalah dhaif. Tapi siapa yang mengusapnya, ia tak berdosa. Tindakannya itu tak boleh diingkari dan tidak boleh dikatakan bid’ah.

Perkara ini beliau jelaskan dalam kumpulan fatwanya “Nuur Alaa al-Darb”, dengan judul: Hukmu Mashi al-Wajhi Ba’da al-Du’a wa Hukmu Taqbiil al-Qur’an (Hukum mengusap wajah setelah berdoa dan hokum mencium Al-Qur'an). Wallahu A’lam.


© 2011- | Haba IMM Banda Aceh.
Designed by