Thursday 26 December 2013

Mencari kenyaman hak berpakain muslimah dalam berpendidikan ditengah gurun syariat islam seperti mencari setetes air di tengah gurun pasir

Redaksi     03:34    

Oleh :
Palopo 6 maret 2011



Pak alyasak abu bakar, profesor hukum islam, mantan kepala dinas syariat islam, direktur paska sarjana iain, orang no one di persyarikatan muhammadiyah... dibanggakan dan dikagumi oleh banyak orang. Mengatakan celana itu tidak salah... imbasnya bukan main.. direktur akbid beringas melihat mahasisiwanya yg pakai rok... pak alyasa saja mengatakan celana itu tidak salah, mengapa kamu tidak mau pakai celana. Itu perkataannya kepada mahasisiwa yg minta rok itu diruang direktur akbid muhammadiyah banda aceh.

25 maret ’10 saya dimarahi oleh direktur karna pakai rok diruang direktur dan mengatakan akan mengeluarkan saya bila tak mau ikut aturan harus pakai celana, saya diberi waktu 2hari(26-27 maret ‘10/jumat-sabtu) tuk berfikir matang apakah kuliah disini tapi buka rok atau cari sekolah lain.

Senin 29 maret ’10 saya pergi kekampus didampingi suami,bang nyak arif dan bang taufiq riswan, untuk menyampaikan keputusan bahwa saya tetap ingin kuliah pakai rok dan minta dispensasi dan kebijakan( rencananya begitu) namun ternyata tiba dikampus, tidak ada direktur, sudah berangkat kata staf akbid... akhirnya kami jumpa dengan kepala bagian akademik bang T.murhadi juli (bang abu), saran beliau saya kuliah saja dulu sambil menunggu direktur kembali karna kasihan nanti banyak tinggal pelajaran...akhirnya saya kuliah dg perasaan tidak nyaman karna belum ada kepetusan yg jelas, tapi buka rok juga tidak sanggup... karna sem 1 sudah saya coba pakai rok... risih sekali dan saya saya munafik dimata Allah.. sambil juga saya berusaha tuk dapat izin pakai rok...

Padahal dari bulan maret –mai ’10 akbid koling down masalah rok karna menunggu keputusan muhammadiyah, kalau keputusannya membolehkan pakai rok maka selesai masalah, begitu info yg didapat suami saya dari bang abu.. pak muharrir juga bilang jangan sampai zakiah dikeluarkan karna rok.. malu kita.

Awal juni pak muharrir menjumpai saya di ruang direktur akbid muhammadiyah.. katanya beliau utusan pwm untuk menyampaikan keputusan pwm bahwa saya harus ikut aturan akbid dengan alasan kebersamaan... kamu kader zakiah.. jadi sabar saja dulu... kami bersyukur kamu kuliah disini, nantinya akan bisa membantu amal usaha kalau sudah selesai.

Saya bertanya kepada pak muharrir... apakah muslimah yg pakai rok itu tak punya hak tuk berpendidikan dengan nyaman pakai rok di sekolah kebidanan dan jadi bidan tanpa harus melepas roknya ustad??? Sambil air mata saya tumpah takterbendung lagi...

Pak Muharrir diam seribu kata untuk sesaat, lalu berkata.. saya hanya menyampaikan amanah PWM zakiah... kalau kamu tidak bisa terima silahkan jumpai pak alyasa.

Akhirnya suami saya menjumpai pak alyasa di mesjid taqwa hari jumat berikutnya karna saya kuliah sampai sore saat itu.... kami bermohon dengan sangat agar pwm mau mempertimbangkan keputusan itu... karna secara psikologis saya tidak sanggup lagi harus buka rok(walau celana selebar karung beras 15 kg), pak alyasa bilang kami tidak bisa intervensi... lalu suami saya minta pak yasa memberi masukan secara pribadi ke akbid karna kapasitas beliau sebagai prof huk islam. Namun beliau jawab, secara lembaga saja saya gak bisa apalagi pribadi...

Akhirnya suami saya memberi contoh... betapa tidak nyamannya seorang yg tidak pernah pakai celana itu didepan umum seperti laki yg biasa pakai celana panjang lalu pakai rok dan jalan2 didepan umum atau kekampus.



Lalu pak yasa bilang... apakah permintaan zakiah saja yg di penuhi, kalau dia diberi dispensasi... lalu ada mahasiswa yg minta ujian tanpa ikut perkuliahan, apakah itu juga harus diberi dispensasi???

Pak yasa juga tanya apakah ada sekolah kesehatan yg pakai rok.. suami saya kasih contoh analais kes bna, akper cut nyakdin bna, dan akbid mona... lalu p[ak yasa minta yg spesifik( sekolah muhammadiyah), suami saya kasih tau sekolah akbid muhammadiyah palopo sulsel, boleh pakai rok dan boleh pakai celana karna kami sudah lihat di internet saat itu dan juga sudah tanya langsung sama mahasiswanya yg saya kenal lewat FB.

12 juni ’10 adalah hari pertama saya dikeluarkan dari kelas oleh dosen karna katanya sudah ada keputusan direktur harus pakai celana setelah mendapat dukungan pwm, akbid boleh menjalankan kebijakannya. Bertepatan hari itu dengan syukuran khitanan maulana putra pertama bang malik... akhirnya saya pulang kerumah karna tidak boleh ikut perkuliahan dan pergi memenuhi undangan, disitu saya bertemu bang nyak arif ketua pemuda muhammadiyah aceh.. sekilas saya ceritakan hal yg baru menimpa saya(pengusiran dari kampus)...

Setelah itu terus berlanjut pengusiran( ada di kronologis)

Sebagai mahasisiwa akbid sya sudah melayangkan surat resmi pengaduan kasus yg menimpa saya kepada yayasan yaitu muhammadiyah. Namun tak ada hasil... kalau Cuma dimarahi dan diusir dari kelas saya masih bisa terima... namun saya diusir dari ujian mid tes, itu yg tak bisa diterima akal sehat saya... saya Cuma minta dispensasi pakai rok.. kenapa malah hilang hak saya tuk dapat ilmu dan hak saya tuk dapat nilai, saya berfikir terus... kenapa begitu... andaikan saya kriminal, asusila dibegitukan saya terima.

Pada saat kuliah dan mid tes pun tidak semua dosen mengusir saya.. termasuk direktur.. kami kuliah fisik diagnostik dengan beliau, saya tidak disuruh keluar walau aura wajahnya saya tau tidak senang...

Saya masih berharap saya dapat nilai sem 2 walau IP hancur karna ada beberapa mata kuliah tidak boleh ikut mid tes, saya masih ikhlas.. karna saya sudah mulai berfikir juga mungkin harus cari sekolah lain namun setelah dapat nilai sem 2 karna info yg saya dapat kalau pindah harus ada nilai sem 2. dan itu juga dikatakan sama salah seorang dosen sekaligus staf bidang akademik ‘ibu SW’

Namun seminggu sebelum final saya dipanggil dan disidang diruang direktur saat itu ada Direktur (Dr. Jakfar), Pudir 3 (Murtala), Kabid Kemahasiswaan (Eristono), Staf Bid Kemahasiswaan ( ibu Sri Wahyuni dan ibu Rika Dona) ... mereka mengatakan saya tidak boleh final kalau pakai rok.. tapi kalau pakai celana saya boleh final.. namun saya menjelaskan kondisi psikologis saya tidak sanggup dan saya minta dispensasi agar tetap boleh pakai rok sampai habis sem 2(selesai final dan praktek). Saya katakan sambil saya berfikir apakah nanti sem 3 saya pakai rok bila psikologis saya sudah siap atau kalau tidak siap saya akan cari sekolah lain... namun direktur mengatakan tidak ada dispensasi.. yang ada itu kedisiplinan.. beliau juga mengatakan final nanti akan ada aturan khusus soal pakaian..

Saya sudah tidak tau lagi mau kemana... yayasan (muhammadiyah) sudah saya mintai tolong tapi gak ada hasil... final semakin dekat.. saya putar otak bagaimana caranya agar saya bisa ikutu jian final... setelah disidang di ruang direktur, saya kembali kekelas dengan perasaan berkecamuk... air mata tak sanggup saya bendung... teman2 pada bertanya ada apa... saya jelaskan hal yg minimpa saya.. mereka tak bisa berbuat apa2 tidak berani karna resiko melawan arus...

Kebetulan ada laptop di tas... saya ambil saya buka fb... saya teringat sama salah seorang anggota DPD RI, beliau adalah pak farhan hamid... saya kirim pesan ke inbix beliau di fb

Zakiah Drajat 22 Juni 2010 jam 21:35

asslamualaikum...ww.

semoga bapak sekeluarga kabar bail dan selalu dalam lindungan Allah ya pak... amin.

oya pak..saya mau minta pendapat bapak ni.. apakah pantas dan boleh seorang dosen tidak mengizinkan mahasiswanya ikut perkuliahan dan mitem serta di ancam tidak boleh ikut final cuma gara2 pakai rok di AKBID di banda aceh. sedangkan dalam buku panduan tidak tertulis aturan wajib pakai celana. alasan kampus karna peraturannya pakai celana, maka bila ada mahasiswi yg pake rok maka bersalah dan gak boleh ikut ujian. tapi teguran itu tidak di berikan dalam bentuk surat, namun melalui lisan saja menyuruh mahasiswa keluar kelas.

saya mohon pendapat bapak ya pak...

apakah cuma gara2 gak bisa pakai celana dan harus pakai rok seorang perempuan itu hilang haknya untuk mendapatkan pendidikan dan ketrampilan.

celana longgar mungkin islam tidak melarang, namun bila wanita itu risih dan tidak nyaman apa boleh di paksakan?

sekali lagi mohon tanggapannya ya pak... ini sangat berarti buat saya.

terima kasih banyak sebelumnya pak.

,dan mohon maaf bila ada yg tidak berkenan di hati bapak.

wassalamualaikum...ww.

Ahmad Farhan Hamid 23 Juni 2010 jam 0:16

sepanjang yang saya tahu, kalau tidak ada peraturan resmi (yang tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang 'diatasnya') tidak ada alasan melarang dan/atau menghilangkan hak mahasiswa. anda harus berani meminta pernyataan tertulis dari pihak sekolah jika anda keberatan dengan aturan yang membelenggu hak asasi dan atau mengurangi hak kewarganeraan anda atau malah mengurangi anda menjalankan syariat agama. seorang dosen ditugaskan untuk memperdalam ilmu mahasiwanya, membangun kedisplinan (yang wajar). kalau keberatan dengan perilaku dosen, tidak salah jika harus mengadu ke LBH atau unit pemberdayaan perempuan di pemerintahan daerah. salam

Zakiah Drajat 23 Juni 2010 jam 14:43

saya sudah minta surat yg menyatakan pemakaian rok itu salah, tapi tidak di keluarkan pa. pihak kampus bilang mereka titak mengeluarkan saya, tapi saya harus ikut aturan (pakai celana). bila saya tidak mau pakai celana di suruh cari sekolah yg mau terima saya pakai rok.

saya bilang.. okelah kalau memang gak bisa, saya mohon diizinkan final supaya saya ada nilai semester 2. setelah itu saya pindah kesekolah lain saya bilang.

namun langsung di jawab, tidak boleh ikut final kalau masih pakai rok.

Ahmad Farhan Hamid 23 Juni 2010 jam 15:11

Lembaga itu bisa diadukan ke pihak berwenang, tdk boleh mengekang prinsip orang lain sepanjang tdk melanggar aturan yang sah. Ke LBH saja.

Akhirnya saya mendapat inspirasi dalam kebingungan untuk bisa final… lalu saya diskusi dengan salah seorang teman tentang usulan ini… karma saya tidak ada kenal dengan orang LBH dan belum pernah berhubungan masalah begini…

Kebetulan teman itu kenal sama salah seorang yg bekerja di LBH, lalu dihubungi didepan saya, dan katanya orang LBH akan mempelajari dan disuruh pergi ke LBH…

Kemudian diantar suami dan kenalan itu saya berangkat ke LBH.. saya serahkan kronologisnya..

Itulah awal saya minta bantuan dari orang luar… selain muhammadiyah.. setelah saya tak berhasil mendapatkan titik terang.

Namun ujung2nya saya juga yg salah, kenapa lapor kelembaga lain… mencemarkan nama biklah… inilah .. itulah…

Mengapa Cuma bisa menyalahkan orang… tapi disaat orang minta bantuan gak dibantu…orang pergi ketempaty lain juga salah.. serba salah.

Setelah kasus ini merebak kemana2…

Ada hal aneh yg terjadi di IAIN tepatnya pasca sarjana. Ada teman saya yg ambil master pakai cadar… dan beliau pernah ditegur sama salah seorang dosennya yg juga professor dan mantan rektor..

Teman saya juga di katakana dosennya gak akan mau menguji orang yg pakai cadar dengan alasan tidak yakin apakah yg diuji itu benar mahasisiwa yg bersangkutan atau bukan, karma wajahnya gak nampak.

Teman saya juga susah.. dan dia beruntung… banyak teman2nya dari dayah yg bela..

Namun ternyata pak yasak sudah kasih tau sama dosen2 jangan mempermasalkan cadar karma ada mahasisiwa yg pakai cadar.

Sungguh sikap yg bertolak belakang saat berbicara sebagai orang no 1 dimuhammadiyah kepada kami yg konco2 ini hanya untuk bias pakai rok di amal usaha yg berada dibawah kepemimpinannya… dibandingkan saat berada sebagai orang no 1 di pasca sarjana IAIN.

Apakah karma kami ini kroco2 di muhammadiyah boleh diapakan saja… lalu kalau diluar demi jaga image…sikap jadi berubah dan berbeda 180 derajat. Sungguh kesombongan dan keegoan itu telah membutakan mata hati…

Dulu saya bangga sekali bermuhammadiyah itu di aceh… karma saya pikir organisasi yg berlandaskan alquran dan hadist itu bias melindungi hak2 perempuan dalam hal apapun, namun Cuma gara2 saya minta dispensasi untuk bias pakai rok saya dicaci maki… suami saya dicaci maki.. keturunan saya dicaci maki… blokir sana, blokir sini… orang2 yg dekat saya dimusuhi karma membela hak2 saya…sekarang adalagi yg mengataka saya tega minggalkan anak dan suami demi pendidikan…

Sungguh tidak ada orang yg tega berjauhan dengan keluarga yg dicintainya, kalaulah tidak terpaksa… dan saya sudah berusaha agar tidak jauh dari keluarga dengan mengemis memohon, walaupun belum bersujud dikaki para pemimpin itu… karma saya hanya bersujud kepada Allah.

Tapi apa hasil yang saya dapatkan… cemoohan dan cacian… tapi saya terima semua itu karma yg saya harap hanyalah ridha Allah, ridha suami dan anak saya dan juga dukungan dari keluarga besar saya…

Selama saya berada dijalan yg benar dan juga punya dalil yg benar… saya tidak takut dicemooh, dicaci maki dan juga dikucilkan oleh manusia-manusia yg sok suci…wajah bertopeng kebaikan tapi hati busuk, penuh kedengkian.

Saya tetap bersyukur pernah mengenal bapak2 itu sebgai ayahanda saya di persyarikatan, ada juga bunda2 dan kanda2 serta handai tolan saya di jenjang yg selefel…

Saya hanya berharap… kalian buka mata hati… lihatlah disekililing kita siapa sebenarnya yg mencemarkan nama baik itu… apakah orang yg hanya minta dispensasi untuk pakai rok dalam pendidikannya atau orang yg meminta dan menerima uang suap saat penerimaan mahasiswa baru di lembaga2 pendidikan muhammadiyah itu…

Kalau ada kasus pencurian.. jangan tanyakan pada si pencuri apakah dia ada mencuri atau tidak, karma tak akan pernah pencuri itu mengaku.

Tapi tanyakan pada korban.. apa miliknya yg sudah di curi dan tanyakan ciri2 si pencuri pastilah ketauan siapa pelaku pencurian itu…

Begitu juga kalau ada kasus sogok dan terima sogok di lembaga pendidikan muhammadiyah… jangan bertanya sama orang yg minta uang sogok dan juga yg menerima sogok, pasti mereka gak mau ngaku. namun tanyakanlah pada korban yg dimintai uang sogok agar mereka diluluskan itu… berapa jumlahnya lalu siapa yg memintanya, siapa yg menerimanya… pastilah ketauan pelakunya…

jangan teriak korupsi pada orang jauh dari kita... padahal disekitar kita juga korupsi meraja lela...


wallahu alam bissawaf

0 komentar :

Kementar Facebook

© 2011- | Haba IMM Banda Aceh.
Designed by